MAKALAH
Aspek Produksi dalam
Study Kelayakan Bisnis
OLEH
Ach. Zaini
110404020012
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur saya ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “aspek produksi dalam study keleyakan bisnis” dengan baik.
Saya menyusun makalah ini dengan tujuan
untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah pendidikan agama islam, dan untuk
menambah pengetahuan kami tentang bulan ramadhan yang terdiri dari perkara yang
ada dalam bulan ramadhan tentang bulan puasa, hikmah bulan puasa serta
keutamaannya.
Saya menyadari makalah yang kami
buat ini jauh dari sempurna, sehingga saya sangat membutuhkan kritik dan saran
dari dosen dan teman-teman dalam penyusunan makalah ini, agar kedepannya jauh
lebih baik lagi.
Saya mohon maaf jika dalam
penyusunan makalah ini ada kata-kata yang kurang berkenan. Semoga makalah yang
saya susun ini bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya dan mahasiswa universitas kanjuruhan malang pada
khususnya.
Kata pengahantar
I
Daftar
isi II
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
BAB II Pembahasan
2.1 Aspek produksi
2.2 Perencanaan Produk
2.3 Perencanaan Kebutuhan Material
2.4 Tujuan
MRP
2.5 Komponen
MRP
2.6 Proses
MRP
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan
bisnis atau usaha pada saat ini telah menjadi suatu perkembangan yang sangat
signifikan bagi Indonesia. Dari yang berwujud UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
sampai dengan perusahaan-perusahaan besar. Itu menandakan bahwasanya kesadaran
akan berwirausaha pada saat ini telah meningkat dari sebelumnya.Tahapan-tahapan
membuat suatu usaha adalah suatu proses yang akan membantu kita untuk bisa
mendirikan suatu usaha dengan benar. Tahapan tersebut adalah, membuat Ide Bisnis,
SKB ( Studi Kelayakan Bisnis ), Perencanaan, dll .Untuk menjalankan usaha
diperlukan sebuah studi kelayakan bisnis, apakah sebuah usaha layak dijalankan
atau tidak layak dijalankan. Studi kelayakan bisnis bisa disimpulkan untuk
menentukan seberapa besar pengembalian sebuah investasi atas suatu aktifitas
usaha dan implikasi usaha tersebut dalam sebuah investasi, selalu ada nilai
investasi awal atau disebut sumber daya yang akan di alokasikan.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa definisi studi
kelayakan bisnis dalam aspek produksi ?
·
Apa saja ruang lingkup dalam lingkungan
bisnis?
·
Mengapa studi kelayakan bisnis dalam aspek
lingkungan ini perlu dibahas ?
1.3
Tujuan
Untuk
mengetahui dampak apa saja yang diakibatkan oleh kegiatan bisnis terhadap
kegiatan produksi dari dampak positif dan negatifnya.
1.4 Manfaaat
Saya
berharap dengan saya membuat makalah ini orang yang membaca makalah ini agar
mengetahui dan paham serta juga dapat menerapkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek
Produksi
Schroeder
(1993) memberikan penekanan terhadap definisi
kegiatan
produksi dan operasi pada 3 hal yaitu:
1. Pengelolaan fungsi
organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa.
2. Adanya sistem
transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.
3.
Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen operasi.
Keputusan yang di ambil oleh sebuah
organisasi mengenai produk yang di tawarkan mempunyai dampak penting terhadap
kinerja perusahaan. Sebagian keputusan bisnis mempunyai dampak yang cukup luas,
misalnya pilihan mengenai produk baru dan pengembanganpengembangan produk.
Keputusan-keputusan seperti ini menyentuh setiap bidang fungsional dan
mempengaruhi segala lapisan organisasi.
·
Ada empat macam
pengambilan keputusan yang sering dihadapi
dalam
manajemen operasional.
1.
Peristiwa yang Pasti (Certainty)
2.
Peristiwa Tidak Pasti (Uncertainty)
3.
Peristiwa dengan Resiko (Under Risk)
4. Peristiwa Akibat Konflik Antarlembaga
(Institutional Conflic
Pola
pengambilan keputusan umumnya seperti diuraikan pada gambar diatas ini. Data
yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai masukan di
dalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalui prosedur
untuk dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan yang diperoleh akan merupakan
kumpulan alternatif kemungkinan yang bisa saja terjadi. Produksi produk
biasanya timbul setelah di lakukan riset atau penelitian terhadap konsumen,
produk apa yang sedang di inginkan konsumen serta sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan dan pengembangan produk pada hakikatnya adalah meliputi berbagai macam
aktifitas marketing dan hal tersebut merupakan sebuah fungsi yang berorientasi
pada konsumen. misalnya Hewlett - Packard (HP) adalah perusahaan pembuat
komputer terbesar pertama yang melaksanakan strategi bersaing di zaman komputer
baru tahun 1990’an. Manajemen perusahaan ini melaksanakan strategi ganda yakni
memperkenalkan perbaikan produk dan penekanan biaya melalui skala ekonomi. perusahaan
ini mempunyai strategi produk yang telah sukses di pasar komputer yang sangat
kompetitif . Perusahaan yang memproduksi komputer ini tetap memberi kepuasan
kepada konsumennya dengan produk-produk inovatif bermutu tinggi, terus-menerus
meningkatkan citra mereknya yang kuat , dan secara efektif mengelola cara kerja
semua lini, komputer mini, printer, serta perangkat-perangkatnya.Prestasi HP
sangat mengagumkan jika di lihat dari persaingan
yang
begitu hebat serta adanya pemotongan harga dalam industri komputer dunia pada
tahun 1990’an. Pihak manajemen tak putus putusnya melaksanakan strategi yang
menawarkan keunggulan nilai maupun keunggulan harga bagi konsumen Analisis
dalam aspek produksi adalah untuk menilai kesiapan
perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan
lokasi
dan layout serta kesiagaan mesin yang digunakan.
Menurut
Kasmir (2003) Tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek produksi adalah
:
1.
Agar perusahaan dapat menentukan lokasi
yang tepat
2. Agar perusahaan dapat menentukan
layout yang sesuai dengan proses
produksi yang dipilih, sehingga memberikan efisiensi.
3.
Agar perusahaan dapat menentukan teknologi
yang tepat dalam
menjalankan
produksinya.
4.
Agar perusahaan dapat menentukan metode
perusahaan yang paling
baik.
5.
Agar dapat menentukan kualitas tenaga
karja yang dibutuhkan
sekarang
dan dimasa yang akan datang.
Sedangkan
menurut Purba (2002) Studi aspek produksi dalam studi kelayakan bisnis
dilakukan untuk menjawab pertanyaan : “ Apakah proyek mampu untuk
menghasilkan produk setiap tahun sesuai dengan permintaan pasar selama
umur proyek ditinjau dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, maupun
harga “.
Tujuan
yang hendak dicapai dalam penilaian aspek produksi adalah
•Agar perusahaan dapat menentukan
lokasi yang tepat
•Agar perusahaan dapat menentukan
layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga memberikan
efisiensi.
•Agar perusahaan dapat menentukan
teknologi yang tepat dalam menjalankan produksinya.
•Agar
perusahaandapatmenentukanmetodeperusahaanyang paling baik.
•Agar
dapatmenentukankualitastenagakarjayang dibutuhkansekarangdandimasayang
akandatang.
2.2 PERENCANAAN
PRODUK
Proses
produksi menghasilkan produk. Pengusaha haruslah memikirkan tentang mutu
produk yang tergantung dari berbagai aspek termasuk desainnya. Sebelum
merencanakan desain atau mutu produk, kita harus mengetahui atribut produk yang antara lain adalah
:
·
bentuk produk, warna, bungkus, merk, label, pelayanan perusahaan
·
Atribut
produk tersebut selalu memiliki 2 aspek yaitu atribut yanmenunjukan aspek yang
tangible yaitu:
·
Aspek
teknis yang tercermin dalam bentuk fisik
produknya
·
Aspek
intangible yaitu aspek yang sosial budaya yang
tercermin pada tanggapan
masyarakat
terhadap pemakaian produk tersebut. Dengan mamakai produk yang desain atau
atribut-atribut lainnya (bungkus, merk dagang, dan sebagainya) yang menrik
sipembeli maka dia akan merasa bangga bahkan meras berada pada ststus sosial
tertentu. Aspek itulah yang merupakan aspek intangible. Menurut Gitosudarmo
(2001), dalam perencanaan produk yang akan dihasilkan, perlu diperhatikan beberapa
hal yaitu :
a.
Atribut Produk
Atribut
yang beraspek teknis (tangible aspect) adalah yang
berkaitan
dengan kemampuan teknis dari produk tersebut, misalnya keawetan sepada motor,
enak didengarnya musik, nikmatnya rasa makanan, dan sebagainya. Aspek nonteknis
merupakan aspek yang kasat mata (intangible aspect) seperti persepsi konsumen
yang menggunakan produk tertentu.
b.
Posisi Produk
merupakan
pandangan konsumen terhadap posisi dari berbagai produk yang ditawarkan
perusahaan kepadanya. Ada produk yang berkenan dan ada produk yng tidak
berkenan dihati konsumen, ini dapat dianalisis dengan menggunakan “Analisis
Posis Produk”. Analisis ini menentukan atribut utama penentu pemilikan suatu
produk dari konsumen. Dalam menentukan poisi produk, manajemen harus memperhatikan
produk-produk lainnya terutama prouk yang potensial. Penentuan posisi produk
yang tepat akan memberikan gambaran tentang kedudukan produk yang dipasarkannya
dalam peta pesaingan dengan produk-produk lainnya, juga menggambarkan kekuatan
dan kelemahan
produk
dibandingkan dengan produk pesaingnya.
c.
Siklus Kehidupan Produk (Product Life
Cycle)
Setiap
produk akan masuk dalam jangkauan hidup yang berbeda-beda. Ada produk yang
masanya panjang, ada pula yang sangat pendek. Produk-produk yang bersifat mode
memiliki siklus hidup yang pendek. Jadi daur hidup produk adalah masa hidup
produk mulai dari saat dikeluarkan oleh perusahaan sampai dengan tidak
disenangi lagi oleh konsumen.
siklus produk terbagi menjadi 4 fase, antara
lain :
Ø Tahap
Perkenalan
Dalam
tahap ini penjualan perusahaan masih sangat lambat, laba masih rendah bahkan
terkadang rugi, karena sangat sulit untuk memperkenalkan produk baru kepada
konsumen. Seringkali produk tersebut diperkenalkan tetapitidak banyak
masyarakay yang mengetahinya. Disini berarati perusahaan kurang efektif.
Efektifitas tahap ini diukur dari banyaknya masyarakat yang mengenal produk
baru tersebut.
Ø Tahap
Pertumbuhan
Tahap
ini merupakan kelanjutan dari tahap perkenalan yang
berhasil.
Tahap
ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
ü Para
pemakai awal melakukan pembelian ulang, diikuti dengan pembelian-pembeli
potensial.
ü Tingkat
laba tinggi
ü Harga tetap atau naik sedikit
ü Biaya
promosi tetap atau sedikit naik untuk menghadapi pesaing
ü Penjualan
meningkat secara tajam
ü Biaya
produksi per unit turun
ü Tahap
Kedewasaan
Tahap
ini menunjukan adanya masa kejenuhan dimana konsumen sudah mulai bosan,
sehingga akan sulit untuk meningkatkan penjualan produk tersebut. Hal ini
tercermin pada garis siklusnya menjadi tidak setajam sebelumnya.
Ø Tahap
Penurunan
Pada
tahap ini masyarakat sudah tidak menyenangi produk
tersebut
sehingga penjualan akan merosot tajam.
Ada
beberapa faktor mengapa penjualan
dalam tahap ini turun :
·
Faktor
kemajuan teknologi
·
Faktor
perubahan selera konsumen
·
Faktor
ketatnya persaingan dalam negeri dan atau luar negeri
Portofolio Produk
Portofolio
produk merupakan keadaan dimana suatu perusahaan memiliki beberapa macam produk
yang dihasilkannya dan dipasarkannya kepada masyarakat luas. Dalam analisa
portofolio ini seluruh produk yang dipasarkan akan dianalisa secara keseluruhan
bersama-sama, sehingga dari sekian produk yang dipasarkan itu, akan ada produk
yang sedang berada pada posisi tertentu dan yang lain posisinya berbeda lagi.
2.3 Perencanaan
kebutuhan material
Perencanaan
kebutuhan material (Material Requarment Planning) adalah suatu konsep dalam
manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan
barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia
sesuai dengan yang di rencanakan. Salah satu alasan mengapa MRP digunakan
secara cepat dan meluas sebagai teknik manajemen produksi terutama dalam lingkungan
manufaktur karena MRP menggunakan kemampuan komputer untuk menyimpan dan
mengolah data yang berguna dalam menjalankan kegiatan perusahaan. MRP dapat
mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai fungsi dalam perusahaan manufaktur,
seperti teknik, produksi, dan pengadaan. Oleh karena itu, hal yang menarik dari
MRP tidak hanya fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan, melainkan
keseluruhan peranannya dalam kegiatan perusahaan.
Sebelum
penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaandan produksi dilakukan
melalui pendekatan reaktif sebagai berikut:
1.Reorder point policy,
dimana persediaan secara kontinyu diawasi
pengadaan dilakukan apabila jumlah barang persediaan sudah sampai
pada tingkat yang ditentukan.
2.Periodic order cycle policy, dimana
persediaan diawasi dan pada
setiap
periode tertentu sejumlah barang ditambahkan agar jumlah
persediaan
tetap berada pada tingkat persediaan yang telah
ditentukan.MRP sangat bermanfaat
bagi perencanaan kebutuhan material untuk komponen yang jumlah kebutuhannya
dipengaruhi oleh komponen
lain. Sistem MRP mengendalikan agar
komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan
yang dibutuhkan.
2.4 Tujuan
MRP
Secara
umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sebagai
berikut:
a) Meminimalkan
persediaan. Dengan menggunakan metode ini, pengadaan
(pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat
dilakukan sebatas yang diperlukansaja sehingga dapat meminimalkan biaya
persediaan.
b) Mengurangi resiko
karena keterlambatan produksi atau pengiriman.
MRP,
mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang
akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
c) Komitmen yang
realistis. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan
dapat
dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang
dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan
kepercayaan konsumen.
d) Meningkatkan
efisiensi. MPR juga mendorong peningkatan
efisiensi
karena
jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat
direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi.
2.5 Komponen
MRP
Komponen
MRP terdiri atas jadwal induk produksi, daftar material dan catatan persediaan.
a.
Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi (master
production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari
suatu permintaan, termasuk pramalan, backlog, rencana suplai/penawaran,
persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to
promise, ATP). MPS disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat, dan
merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian
produksi.MPS berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi
dan perencanaan kapasitas. MPS mangendalikan MRP dan merupakan masukan utama
dalam proses MRP. MPS harus dibuat secara realistis, dengan mempertimbangkan
kemampuan kapasitas produksi, tenaga kerja, dan subkontraktor. Ketetapan MPS
bervariasi berdasarkan jangka waktu perencanaannya. Perencanaan jangka pendek
harus lebih akurat, mengingat biasanya berisi pesanan yang sudah pasti (fixed
order),
kebutuhan
distribusi penrgudangan , dan kebutuhan suku cadang. Semakinjauh jangka waktu
perencanaan ketepatan MPS biasanya semakin berkurang.
b.
Daftar Material
Definisi yang lengkap tentang suatu
produk akhir meliputi daftar barang atau meterial yang diperlukan bagi
perakitan, pencampuran atau pembuatan produk akhir tersebut. Setiap produk
mungkin memiliki sejumlah komponen, tetapi mungkin juga memiliki ribuan komponen.
Setiap komponen sendiri dapat terdiri atas sebuah barang (item ) atau berbagai
jenis barang.
c.
Catatan Persediaan
Sisitem MRP harus memiliki dan menjaga
suatu data persediaan yang up to date untuk setiap komponen barang. Data
ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh
transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan.
Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat digudang,
jumlah yang akan dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety stock
level), komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan, serta waktu
tenggang ( procurement
lead
time ) bagi setiap komponen. Data persediaan
bisa merupakan catatan manual selama di-up date hari ke hari.
Namun, dengan berkembangnya teknologi dan semakin muranhnya harga komputer maka
kini banyak perusahaan sudah menggunakan jaringan sistem informasi melalui
komputer sehingga apabila barang masuk atau barang terpakai/terjual, datanya
bisa
langsung
diakses/diketahui disemua unit terkait. Salah satu contoh penemuan teknologi
yang bermanfaat bagi manajemen persediaan adalah bar code (automotic
identification).
2.6 Proses
MRP
Kebutuhan
untuk setiap komponen yang diperlikan dalam melaksanakan MPS dihitung dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut:
1.
Netting ,
yaitu menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar
dengan
memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah
persediaan
yang ada, dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan.
2.
Konversi dari kebutuhan bersih
menjadi kuantitas-kuantitas pesanan.
3.
menempatkan
suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang tepat
dengan
cara menghitung waktu mundur (backward scheduling) dari
waktu
yang dikehendaki dengan memperhitungkan waktu tenggang,
agar
memenuhi pesanan komponen yang bersangkutan.
4.
Menjabarkan rencana produksi produk
akhir kebutuhan kasar untuk
komponen-komponennya
melalui daftar material.
BAB III
PENUTUP
3.2
KESIMPULAN
Pola pengambilan
keputusan umumnya seperti diuraikan pada gambar diatas ini. Data yang diolah
menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai masukan di dalam sistem
pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalui prosedur untuk dilakukan
peramalan. Hasil dari peramalan yang diperoleh akan merupakan kumpulan
alternatif kemungkinan yang bisa saja terjadi. Produksi produk biasanya timbul
setelah di lakukan riset atau penelitian terhadap konsumen, produk apa yang
sedang di inginkan konsumen serta sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan dan
pengembangan produk pada hakikatnya adalah meliputi berbagai macam aktifitas
marketing dan hal tersebut merupakan sebuah fungsi yang berorientasi pada
konsumen. misalnya Hewlett - Packard (HP) adalah perusahaan pembuat komputer
terbesar pertama yang melaksanakan strategi bersaing di zaman komputer baru
tahun 1990’an. Manajemen perusahaan ini melaksanakan strategi ganda yakni
memperkenalkan perbaikan produk dan penekanan biaya melalui skala ekonomi.
3.3 SARAN
Bila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini yang diakibatkan penulis
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan hilaf mohon dimaklumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar